Minggu, 06 Januari 2013

Placenta Previa


2.1  Plasenta Previa
a.      Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir”. (Wiknjosostro, 2005)

b.      Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008), plasenta previa dibagi menjadi empat, yaitu:
1.      Plasenta Previa Totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
2.      Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
3.      Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
4.      Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir sehingga tepi bawahnya berada pada jarak ± 2 cm dari ostium uteri internum atau kurang.

plasenta-previa.jpg
Gambar 2.1 Klasifikasi Plasenta Previa
c.       Etiologi
a.       Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup:
1. Riwayat Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status Gizi yang kurang
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok

d.      Gambaran Klinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.( Wiknjosostro, 1999 : 368).
e.       Faktor Predisposisi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:
Ø  Melebarnya pertumbuhan plasenta:
1.      Kehamilan kembar (gamelli).
2.      Tumbuh kembang plasenta tipis.
Ø  Kurang suburnya endometrium:
1.      Malnutrisi ibu hamil.
2.      Bekas seksio sesarea.
3.      Sering dijumpai pada grandemultipara.
Ø  Terlambat implantasi:
a)      Endometrium fundus kurang subur.
b)      Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.
f.       Patofisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, 2002).
g.      Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut:
1.      Pada ibu dapat terjadi:
a.       Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b.      Anemia karena perdarahan
c.       Plasentitis
d.      Endometritis pasca persalinan
2.      Pada janin dapat terjadi:
a.       Persalinan premature
b.      Asfiksia berat
h.      Penatalaksanaan Medis
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a.       Kaji kondisi fisik klien
b.      Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c.       Menganjurkan klien istirahat
d.      Mengobservasi perdarahan
e.       Memeriksa tanda vital
f.       Memeriksa kadar Hb
g.      Berikan cairan pengganti intravena RL
h.      Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan < 37 minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar