2.2
BBLR
2.3.1
Pengertian
BBLR
adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
sampai dengan 2499 gram. (Abdul Bari Saifudin, 2009 : 376) (11)
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gr. (Farrer, Hellen, 1999) (13)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat
antara 1500 – 2500 gram. (1)
2.3.2
Klasifikasi
BBLR
Bayi BBLR
dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir
rendah,yaitu :
1. Menurut Hanifa (2006), membagi umur
kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Pre-term: kurang dari 37 minggu
lengkap (kurang dari 259 Hari)
b. Term: mulai
dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap ( 259- 293 hari).
c. Post-term: 42 minggu lengkap atau
lebih ( 294 hari atau lebih).
2. Menurut Sarwono Prawiharjo (2008) ,
diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir,yaitu:
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500 gram
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah
(BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram.
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah
(BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram (1)
3. Menurut Ayurai (2009), bayi dengan
berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Pramunitas murni
Prematuritas murni adalah neonatus
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang
sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR /
SMK(sesuai masa kehamilan).
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
2.3.3 Etiologi
(14)
1.
Faktor Ibu
Kekurangan
gizi selama hamil
akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama
hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia.
Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg,
selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg.
Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan
total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu
dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak
besar. Indikator lain untuk mengetahui status
gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA
kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/
buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas
dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2009).
b)
Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi
dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah
terdapat pada kelompok remaja
dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali
secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah,
ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu
muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan
berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum
memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua
meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran
BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35
tahun.
c)
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada
saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta
previa, anemia
dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d)
Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
e)
Penyakit menahun ibu
·
Asma bronkiale:
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat
tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan
kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera
diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran,
persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin).
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira
2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria dengan
peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin,
dan preeklampsia.
·
Hipertensi:
Penyakit hipertensi
dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau
timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam
kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta,
hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran
prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan
pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.
f)
Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil:
Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung
pada lokasi geografi)
telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek
kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004).
Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil
dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom
alkohol janin.
2. Faktor
kehamilan
a) Komplikasi
Hamil
·
Pre-eklampsia/ Eklampsia:
Pre-eklampsia/ Eklampsia
dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR
dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan
perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen
dari plasenta,
dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang.
·
Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya
bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD)
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh
adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga
polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat
penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus
dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu
dan anak. Prognosis anak kurang baik karena
adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.
·
Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih
ringan daripada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama.
Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin
kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin
karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan
daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada
kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini
ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
·
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan
pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi
dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum
adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu
semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta
yang mengakibatkan anemia
pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin
intrauterin (Wiknjosastro, 1999 : 365). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat
badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
3.
Faktor janin
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat
Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Infeksi
hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur
dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi ke
janin
dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus
atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil
dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat
menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
2.3.4 Masalah/Komplikasi BBLR(1)
1. Suhu
Tubuh
a.
Pusat
pengatur nafas tubuh masih belum sempurna
b.
Otot
bayi masih lemah
c.
Kemampuan
metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan BBLR perlu diperhatikan
agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar 36,5ºC – 37,5ºC.
d.
Lemak
kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas tubuh.
2. Pernafasan
a)
Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b)
Otot pernafasan dan tulang iga lemah
c) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga
perkembangannya tidak sempurna
d) Dapat disertai penyakit : Penyakit hialin
membran, mudah infeksi paruparu,
gagal pernafasan.
3. Alat
pencernaan makanan
a. Penyerapan makanan masih lemah atau kurang
baik karena fungsi pencernaannya belum berfungsi sempurna
b. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan
dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
c. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum
sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang.
4. Hepar
yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan
bilirubin sehingga mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai meyebabkan
ikterus.
5. Ginjal yang belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metaboliseme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
- Perdarahan dalam otak
a. Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak
b. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan
mudah pecah
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan
menyebabkan kematian bayi
d. Pemberian Oksigen belum mampu diatur sehingga
mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis
7. Gangguan
Immunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar Ig E.
2.3.5 Gambaran Klinis (15)
Gambaran bayi berat
badan lahir rendah tergantung dari umur kehamilannya. Makin muda umur
kehamilannya makin jelas tanda-tanda immaturitasnya. Karakteristiknya yaitu :
1.
Beratnya kurang
dari 2500 gram
2.
Panjangnya
kurang dari 45 cm
3.
Lingkaran dada
kurang dari 30 cm
4.
Lingkaran kepala
kurang dari 33 cm
5.
Umur kehamilan
kurang dari 37 minggu
6.
Kepala relatif
lebih besar dari badannya
7.
Kulit : Tipis,
Transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang
8.
Sering tampak
peristaltik usus
9.
Tangisnya lemah
dan jarang
10. Pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea ( gagal
nafas)
11. Otot-otot masih hipotonik atau lemah
12. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut dan kaki
fleksi atau lurus
13. Kepala tidak mampu tegak atau mengarah ke satu sisi
14. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
15. Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 per menit
16. Frekuensi pernafasan antara 40-50 per menit
2.3.6 Diagnosis(15)
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering ditemui adanya riwayat
abortus, partus prematurus dan lahir mati
b. Pertambahan berat badan ibu
lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
c. Pembesaran
uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
d. Pergerakan janin yang pertama (Quickening)
terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
2. Setelah
bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala
keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit
kering, tipis, berlipat-lipat, mudah diangkat, turgor kulit buruk, abdomen
cekung atau rata, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37
minggu
Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah
kulit sedikit, tulang tengkorak lunak dan mudah bergerak, abdomen buncit, tali
pusat tebal dan segar, menangis lemah, kulit tipis, merah dan transparan
c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan
alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dsb.
2.3.7 Penatalaksanaan (11,
13)
Mengingat belum
sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka yang perlu diperhatikan adalah
:
1.
Pengaturan
suhu
Bayi dimasukkan
dalam inkubator. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu untuk bayi dengan
BB kurang dari 2 kg adalah 35 oC, dan untuk bayi dengan berat badan
2-2,5 kg adalah 34 oC, agar
dia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 oC kelembaban
inkubator 50-60%.
Suhu inkubator dapat
diturunkan 1 oC per minggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan
secara berangsur-angsur dapat dilakukan atau diletakkan ditempat tidur dengan
suhu lingkungan 27-29 oC prematur mudah dan cepat sekali menderita
hipotermi bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan
oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat
badannya. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi ( 36ºC - 37ºC ) adalah
dengan memasukkan bayi dalam inkubator dengan suhu yang diatur.
2.
Makanan
Pada bayi prematur,
refleks hisap, telan dan batil belum sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit,
daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Disamping itu kebutuhan
protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori 110 kg/kal/hari agar berat badan
bertambah sebaik-baiknya. Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan
pneumonia aspirasi pada bayi BBLR maka hal-hal dibawah ini harus diperhatikan
pada pemberian minum bayi tersebut.
a) Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu
mengosongkan lambung atau dalam posisi setengah duduk di pangkuan perawat atau
dengan meninggikan kepala dan bahu
b) Sebelum susu diberikan, untuk mencegah perut
kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit dengan perlahan-lahan dan hati-hati
c) Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan
diatas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan
kemudian di tidurkan pada sisi kanan atau tidur dalam posisi tengkurap
d) Bila bayi biru atau mengalami kesukaran
bernafas pada waktu minum, kepala bayi harus segera di rendahkan 30º, cairan di
mulut dan di faring di hisap.
Hari kelahiran
|
Cairan /kg BB/hari
|
Kalori /kg BB/hari
|
1
|
60 ml
|
40 kal
|
2
|
70 ml
|
50 kal
|
3
|
80 ml
|
60 kal
|
4
|
90 ml
|
70 kal
|
5
|
100 ml
|
80 kal
|
6
|
110 ml
|
90 kal
|
7
|
120 ml
|
100 kal
|
710
|
150-200 ml
|
7120 kal
|
Air susu yang paling baik adalah ASI. Bila bayi belum dapat menyusui,
ASI dapat dipompa dan dimasukkan dalam botol steril. Bila ASI tidak ada, ganti
susu dengan susu buatan yang mengandung lemak yang mudah dicerna oleh bayi
(lemaknya dari middle chain trigly ceride) dan mengandung 20 kalori/30 ml air
atau sekurang-kurangnya bayi dapat 110 kal/kg BB/hari.
3. Penimbangan
ketat
Perubahan
berat badan mencerminkan kondisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat pada
setiap hari.
Penatalaksanaan
untuk Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus pada umumnya,
seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain,
akan tetapi oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan
bayi lainnya maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini.
a. Pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan gangguan
pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasografi. Bila bayi lahir melakukan
pemeriksaan yang lebih lengkap dan kemudian sesuai dengan kelainan yang didapat.
b. Memeriksa
kadar gula darah (true glukosa) dengan destrostix atau di laboratorium. Bila
terbukti adnya hipoglikemia harus segera diatasi .
Istilah
hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar
rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl
pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal
ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu,
sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
c. Pemeriksaan
hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi
membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi normal.
2.3.8
Prognosis
(13)
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8x lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan
makin rendah.
Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan
oleh seringnya dijumpai kelainan neonatalseperti asfiksi,aspirasi
pneumonia,perdarahan intracranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selama
kadang-kadang dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi
pneumonia, perdarahan intracranial,dan hipoglikemia. Kadang-kadang dijumpai
kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara,IQ rendah dan gangguan
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar