Minggu, 06 Januari 2013

Imunisasi dan Vaksin


2.1  Pengertian
            Immunitas adalah kekebalan/pertahanan tubuh terhadap penyakit/antigen. Immunologi adalah ilmu tentang sistem immunitas. Berdasarkan cara diperolehnya zat anti, kekebalan dibagi dalam:
1. Kekebalan Pasif : kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut mendapatkan zat anti dari luar
2. Kekebalan Aktif : kekebalan yang diperoleh, di mana tubuh orang tersebut aktif membuat zat anti.
2.2  Imunisasi Pasif
Imunisasi ini diperoleh tanpa tubuh memproduksi sendiri yaitu diperoleh melalui dengan cara penyuntikan serum yang telah mengandung antibodi. Kekebalan hanya berlangsung 1 – 2 bulan oleh karena itu hanya dilakukan dalam kondisi darurat. Contoh imunisasi pasif adalah pemberian profilaksis serum anti tetanus, serum anti difteri dan berbagai serum hiperimun.
a)      Kekebalan Pasif yang Diturunkan  (Naturally Acquired Passive. Immunity)
            Yaitu kekebalan pada bayi-bayi, karena mendapakan zat anti yang diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada di daiam kandungan. Kekebalan yang dapat diturunkan antara lain: kekebalan terhadap tetanus; diphtheria; pertussis; typhus abdominalis. Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai bayi berumur 3 - 5 bulan karena zat anti ini makin lama makin berkurang sedangkan si bayi sendiri tidak membuatnya.

b)      Kekebalan Pasif Disengaja (Artificially Acquired Passive Immunity)
            Yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang, karena orang itu sengaja diberi zat anti dari luar. Serum diperoleh dari binatang, mengandung protein asing yg dpt menyebabkan efek samping berupa :
·         Reaksi atopik : terjadi beberapa menit setelah suntikan, dengan gejala klinis show berat, gatal seluruh badan, urticaria di tempat suntikan kemudian meluas, gelisah, pucat, sianosis, dispnu, kejang dan kematian.
·         Serum Sickness : Masa tunas 6 – 24 hari, dengan gejala klinis panas, urtikaria, eksantema, muntah berak.
·         Reaksi terhadap serum ulangan
·         Reaksi anafilaksis
            Masa tunas beberapa menit – 24 jam, gejala klinis sama dengan reaksi atopik atau lebih ringan Accelerated reaction. Masa tunas 1 – 5 hr, gejala klinis sama dengan serum sickness. Penyakit yang dapat dan lazim dicegah dengan serum untuk sementara :
·         Campak
·         Tetanus
·         Gigitan ular berbisa
·         Rabies

2.3  Imunisasi Aktif
            Terjadi dimana tubuh anak membuat sendiri antibodi setelah satu atau serangkaian suntikan antigen , Kekebalan yang didapat akan dapat bertahan selama bertahun – tahun.
            Mempunyai keuntungan diantaranya :
·         Jauh lebih murah
·         Sederhana
·         Aman
·         Efektif
·         Imunisasi aktif ALAMI ( Naturally aquired )
Contohnya didapat pada negeri yg banyak terjadi difteri tanpa imunisasi yang teratur dan menyeluruh, anak – anak secara alami sampai umur belasan tahun mendapat infeksi yang menyebabkan sebagian anak tenderita sakit yang ringan kemudian sembuh dengan sendirinya dan membentuk imun dalam tubuhnya.
·         Imunisasi aktif alami BUATAN ( Artificially induced )
Yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi. Misalnya, seseorang menjadi kebal terhadap cacar setelah ia msndapatkan vaksinasi cacar.
            Cara pemberian imunitas adalah :
ü  Live attenuated bacteria or virus
Terdiri atas bakteri atau virus yang masih hidup, tetapi keganasannya (virulensinya) telah dihilangkan atau dikurangkan. Misalnya:   .
·         Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin) untuk mencegah penyakit Tuberculosa
·         Vaksin Otten untuk mencegah penyakit pest
·         Vaksin Cacar untuk mencegah penyakit cacar (Variola)
·         Vaksin  Sabin  untuk  mencegah  penyakit  Poliomyelitis (lumpuh anak-anak)

ü  Killed bacteria or virus
Terdiri atas bakteri atau virus yang sudah dimatikan tapi daya antigennya masih ada.
            Misalnya:
·         Vaksin   Chotypa   untuk   mencegah   penyakit   cholera, typhus dan paratyphus
·         Vaksin Pertussis untuk mencegah penyakit pertussis
·         Vaksin Salk untuk mencegah penyakit poliomyelitis

ü  Toksoid
Digunakan toksin yg telah diolah sedemikian rupa dan kemudian diabsorpsi dengan alumunium sehingga dinamakan Formol Toxoid Alum Precipiyual, agar merupakan depot berlangsung sedikit- sedikit dlm jangka waktu lama, oleh karena itu lebih efektif dan dapat menghasilkan kuantitas zat anti yang lebih besar.  Misalnya:
·         Diphtheri anatoxin (Diphtheri toxoid)
·         Tetanus anatoxin (Tetanus toxoid)
Sering kali untuk pencegahan penyakit Diphtheri, Tetanus dan Pertussis dijadikan 1 (satu) berupa vaksin DPT (Diphtheri Pertussis Tetanus).
Dilihat dari manfaat di masyarakat, imunisasi aktif dibagi :
1)      IMUNISASI WAJIB : tuberculosis, difteri, tetanus, pertusis, poliomielitis, campak, Hepatitis B
2)      IMUNISASI ANJURAN : mencakup pencegahan terhadap penyakit yg dampaknya belum meluas di masyarakat. Karena keadaan lingkungannya sekelompok anggota masyarakat mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit sehingga masyarakat tsb membutuhkan.
·         Imunisasi anjuran tdd : Penyakit parotitis, rubela, rabies, tifus dan paratifus, varisela, influenza dll
·         Imunisasi Masa Depan :Dewasa ini beberapa penyakit dianggap berbahaya tetapi vaksinnya masih dlm penelitian, diharapkan 5 – 10 tahun mendatang vaksinnya sudah tersebar dipasaran. Imunisasi masa depan ini tdd vaksin dengue, malaria, AIDS dll
2.4  Pengertian, Jenis dan Sifat Vaksin
2.4.1        Pengertian
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman bakteri, virus ,riketsia, atau racun kuman ( toxoid ) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesfik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
2.4.2        JENIS-JENIS VAKSIN

2.4.2.1  Vaksin BCG (bacillus Calmate-Guerin)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan (Depkes : 0-12 bulan). BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
            Vaksin disuntik intrakutan di daerah insersio m. deltoideus dengan dosis untuk bayi < 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10ml. pada bayi perempuan dapat diberikan suntikan dip aha kanan atas.
            Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis bayi dan 4 ml pelarut NaCL 0,9%. Kandungan Vaksin terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan dari biakan Bacillus Calmate-guerrin 50.000-1 juta partikel per dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak bila kena panas atau kena sinar matahari. Vaksin disimpan di lemari es suhu 2-8oC dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah vaksin dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam.
            Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, dan infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :
a.       Reaksi local yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritema di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
b.      Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat, tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses di tempat suntikan karena suntikan terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold abcess) dan akan menyembuh spontan. Bila abses telah matang (merah, fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan aspirasi dan jangan diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis supurativa yang terjadi pada suntikan yang terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang dan akan menyembuh dalam waktu 2-6 bulan. Bila proses ini telah matang dilakukan aspirasi dan jangan dinsisi.
2.4.2.2  Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II, dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program pemerintah (PPI) vaksinasi ulangan dilakukan dengan memberikan DT di kelas 1 SD dilanjutkan dengan TT di kelas 2 dan 3 SD. Vaksin disuntikan intramuscular di bagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml.
            Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lftoksoid difteri, 15 Lftoksoid tetanus, 24 (OU) bordetella pertusis (mati) diserapkan ke dalam alumunium fosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut dengan sedikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau sinar matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-80C dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
            Kontraindikasinya usia di atas 7 tahun, demam (>380C), sakit berat (terutama kelainan neurologis), riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan kesadaran, atau gejala neurologis lainnya. Bila anak berusia lebih dari 7 tahun dapat diberi imunisasi DT. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, nyeri, bengkak, local, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberi analgetik-analgetik. Bila terdapat reaksi berlebihan maka imunisasi berikutnya diberikan DT.
2.4.2.3  Vaksin DT (Difteria, Tetanus)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap toksin yang dihasilkan kuman penyebab difteria dan tetanus. Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus, misalnya anak tidak boleh atau tidak perlu imunisasi pertusis namun ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntik intramuskular atau subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.
            Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 25 ml, 50 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lftoksoid difteri, 15 Lftoksoid tetanus, alumunium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, jernih yang rusak bila beku dan sinar matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-80C dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
            Kontra indikasinya anak yang sakit parah atau sedang menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam tinggi dan pembengkakan lokal di tempat suntikan 1-2 hari.
2.4.2.4  Vaksin Tetanus
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. Sedangkan anti tetanus serum (ATS) dapar dipakai juga untuk pencegan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Imunisasi dasr dan ulangan pada anak diberikan dengan imunisasi DPT/DT. Sampai saat ini pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali, masing-masing pada kehamilan bulan ke 7 dan 8.
            Vakisn disuntik intramuskular atau sebkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 25 Lftoksoid tetanus, alumunium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut denga sedikitendapan putih yang tidak tahan beku dan panas. Vaksin dismpan dalam lemari es 2-80C dengan masa kedaluarsa 2 tahun.
            Kontraindikasiny anak yang sakit parah. Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi lokal (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit di tempat suntikan) sedangkan pemberian ATS mungkin dapat terjadi gatal diseluruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.
2.4.2.5  Vaksin Polio
Pemberian vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliiomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
            Ada 2 jenis vaksi polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan), di Indosesia umumnya diberikan vaksin sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
            Kemasanya yang dibuat oleh Pasteur-Meriux Serums & Vaccins, perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1,2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum yang distabilkan dengan magnesiium klorida dan fenol merah sebagai indikator. Secara fisik berupa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali rusak bila terkena panas atau cahaya matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-80C (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -250C (masa kadaluarsa 2 tahun).
            Kontraindikasinya diare berat, defisiensi imun (karena obat imunosupresan: kemotrapi, kortikosteroid), dan kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
2.4.2.6  Vaksin Campak
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak dianjurkan diberikan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntik subkutan dalam 0.5 ml. Kemasannya yang dibuat Biofarma berupa flakon berisi 10 dosis dan pelarut akuabides 5ml. Kandungan vaksin yang sudah dilarutkan terdiri dari virus campak tidak kurang dari 5.000 TCID50 atau PFU, kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin tidak lebih dari 30 mcg. Secara fisik vaksin yang beku kering, sedangkan setelah dilarutkan tidak tahan panas (suhu 2-8 C) sehingga harus selalu tersimpan pendingin serta harus dipakai dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8 C (masa kadaluarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka panjang disimpan dalam suhu -20C dan dihindarkan dari sinar matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang sejuk.
            Kontraindikasinya infeksi akut disertai demam lebih dari 38C, defisiensi imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, dan wanita hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

2.4.2.7  Vaksin Hepatitis B
            Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. imunisasi ini diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan  jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imuninasi dasar.
            Pada anak vaksin diberikan secara intramuskular di daerah pangkal lengan (m.deltoid), sedangkan pada bayi di daerah paha.
            Pada bayi lahir dari Ibu dengan HBsAg negatif diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dengan Ibu HBsAg positif diberikan 0.5 ml Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) dal waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin Plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari Ibu dengan HBsAg tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin Plasma derived. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan, dan ketiga umur 6 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan memeriksa kadar HBsAg.
Tabel Kemasan Vaksin Hepatitis B yang beredar di Indonesia
Jenis vaksin buatan
Kemasan
Vaksin Plasma derived
Hepa B/ Kore Green Cross Corp

Vaksin Hepatitis B/ Perum Bio Farma

Hepaccine/ Chell Chemical and Food

0,5 ml tiap vial dosis 10 mcg
1,0 ml tiap vial dosis 20 mcg
0,5 ml tiap vial dosis 5 mcg
1,0 ml tiap vial dosis 20 mcg
0,5 ml tiap vial dosis 1,5 mcg
1,0 ml tiap vial dosis 3 mcg
Vaksin dari Rekayasa Genetika
HB vax II/ Merck Sharp and Dohme


Engerix B/ Smith Kline Beecham

Bimmugen/ Kaketsuken


0,25 ml tiap vial dosis 2,5 mcg (0-10 tahun)
0,5 ml tiap vial dosis 5 mcg (10-19 tahun)
1,0 ml tiap vial dosis 10 mcg
0,5 ml tiap vial dosis 10 mcg
1 ml tiap vial dosis 20 mcg
0,25 ml tiap vial dosis 5mcg
0,5 ml tiap vial dosis 10 mcg
Sumber : Pedoman Imunisasi Hepatitis B, Depkes RI, 1996
            Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 C, tetapi tidak sampai beku.
Kontraindikasinya anak yang sakit berat. Vaksin dapat diberikan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek lokal (Nyeri ditempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.

2.4.2.8  Vaksin DPT – HB
Vaksin mengandung berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifkan serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat noninfection
Indikasinya untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B. Kemasannya 1 box vaksin DPT-HB vial tdd 10 vial @ 5 dosis, Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.
Cara pemberian dan Dosisnya yaitu pemberian dengan cara IM 0,5ml sebanyak 3 dosis. Dosis I usia 2 bulan dosis selanjutnya dengan interval 4mgg. Setelah dibuka vaksin dapat digunakan selama 4 mgg, dengan ketentuan : Vaksin belum kadaluarsa, Vaksin disimpan dalam suhu 20C sd 80C, Tidak pernah terendam air, Sterilitasnya terjaga, VVM masih dalam kondisi A atau B. Diposyandu vaksin yang telah dibuka tidak bisa digunakan hari berikutnya.
Kontra Indikasi Umum terhadap Imunisasi umumnya tidak terdapat kontraindikasi namun kadang terdapat anafilaksis / reaksi hipersensitif yang hebat, kejang demam dan panas > 38,5oC.
2.5  Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal Imunisasi
Umur
Jenis vaksin
Tempat
Bayi Lahir di Rumah
0-7 hari
HB 0
Rumah
1 bulan
BCG, Polio 1
Posyandu *
2 bulan
DPT/ HB1, Polio 2
Posyandu *
3 bulan
DPT/ HB 2, Polio 3
Posyandu *
4 bulan
DPT/ HB 3, Polio 4
Posyandu *
9 bulan
Campak
Posyandu *


Jadwal Imunisasi
Umur
Jenis vaksin
Tempat
Bayi Lahir di RS/RB/Bidan-Praktek
0 bulan
HB 0, BCG,Polio 1
RS/RB/Bidan
2 bulan
DPT/HB 1, Polio 2
RS/RB/Bidan/ Posyandu *
3 bulan
DPT/ HB 2, Polio 3
RS/RB/Bidan/ Posyandu *
4 bulan
DPT/ HB 3, Polio 4
RS/RB/Bidan/ Posyandu *
9 bulan
Campak
RS/RB/Bidan/ Posyandu *
Catatan            : Jadwal Imunisasi dapat berubah tergantung kebijakan Nasional
            Bila vaksin masih terpisah, Ikuti Jadwal lama
*  Atau tempat pelayanan Lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar