2.1 Pengertian
Immunitas adalah kekebalan/pertahanan
tubuh terhadap penyakit/antigen. Immunologi adalah ilmu tentang sistem
immunitas. Berdasarkan cara diperolehnya zat anti, kekebalan dibagi dalam:
1.
Kekebalan Pasif : kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut mendapatkan
zat anti dari luar
2.
Kekebalan Aktif : kekebalan yang diperoleh, di mana tubuh orang tersebut aktif
membuat zat anti.
2.2 Imunisasi Pasif
Imunisasi ini diperoleh tanpa
tubuh memproduksi sendiri yaitu diperoleh melalui dengan cara penyuntikan serum
yang telah mengandung antibodi. Kekebalan hanya berlangsung 1 – 2 bulan oleh
karena itu hanya dilakukan dalam kondisi darurat. Contoh imunisasi pasif adalah
pemberian profilaksis serum anti tetanus, serum anti difteri dan berbagai serum
hiperimun.
a) Kekebalan
Pasif yang Diturunkan (Naturally
Acquired Passive. Immunity)
Yaitu kekebalan pada bayi-bayi,
karena mendapakan zat anti yang diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada
di daiam kandungan. Kekebalan yang dapat diturunkan antara lain: kekebalan
terhadap tetanus; diphtheria; pertussis; typhus abdominalis. Kekebalan ini
biasanya berlangsung sampai bayi berumur 3 - 5 bulan karena zat anti ini makin
lama makin berkurang sedangkan si bayi sendiri tidak membuatnya.
b) Kekebalan
Pasif Disengaja (Artificially Acquired Passive Immunity)
Yaitu kekebalan yang diperoleh
seseorang, karena orang itu sengaja diberi zat anti dari luar. Serum diperoleh dari binatang, mengandung protein
asing yg dpt menyebabkan efek samping berupa :
·
Reaksi
atopik : terjadi beberapa menit setelah suntikan, dengan gejala klinis show
berat, gatal seluruh badan, urticaria di tempat suntikan kemudian meluas,
gelisah, pucat, sianosis, dispnu, kejang dan kematian.
·
Serum
Sickness : Masa tunas 6 – 24
hari, dengan gejala klinis panas, urtikaria, eksantema, muntah berak.
·
Reaksi
terhadap serum ulangan
·
Reaksi
anafilaksis
Masa
tunas beberapa menit – 24 jam, gejala klinis sama dengan reaksi atopik atau
lebih ringan Accelerated reaction.
Masa tunas 1 – 5 hr, gejala klinis sama dengan serum sickness.
Penyakit yang dapat dan lazim dicegah dengan serum untuk
sementara :
·
Campak
·
Tetanus
·
Gigitan ular berbisa
·
Rabies
2.3 Imunisasi Aktif
Terjadi
dimana tubuh anak membuat sendiri antibodi setelah satu atau serangkaian
suntikan antigen , Kekebalan yang didapat akan dapat bertahan selama bertahun –
tahun.
Mempunyai
keuntungan diantaranya :
·
Jauh
lebih murah
·
Sederhana
·
Aman
·
Efektif
·
Imunisasi aktif ALAMI ( Naturally aquired )
Contohnya didapat pada negeri yg banyak terjadi
difteri tanpa imunisasi yang teratur dan menyeluruh, anak – anak secara alami
sampai umur belasan tahun mendapat infeksi yang menyebabkan sebagian anak
tenderita sakit yang ringan kemudian sembuh dengan sendirinya dan membentuk
imun dalam tubuhnya.
·
Imunisasi aktif alami BUATAN ( Artificially induced )
Yaitu
kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi. Misalnya,
seseorang menjadi kebal terhadap cacar setelah ia msndapatkan vaksinasi cacar.
Cara
pemberian imunitas adalah :
ü Live attenuated bacteria or virus
Terdiri
atas bakteri atau virus yang masih hidup, tetapi keganasannya (virulensinya)
telah dihilangkan atau dikurangkan. Misalnya:
.
·
Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin)
untuk mencegah penyakit Tuberculosa
·
Vaksin
Otten untuk mencegah penyakit pest
·
Vaksin
Cacar untuk mencegah penyakit cacar (Variola)
·
Vaksin Sabin
untuk mencegah penyakit
Poliomyelitis (lumpuh anak-anak)
ü Killed bacteria or virus
Terdiri
atas bakteri atau virus yang sudah dimatikan tapi daya antigennya masih ada.
Misalnya:
·
Vaksin Chotypa untuk
mencegah penyakit cholera, typhus dan paratyphus
·
Vaksin
Pertussis untuk mencegah
penyakit pertussis
·
Vaksin
Salk untuk mencegah
penyakit poliomyelitis
ü Toksoid
Digunakan
toksin yg telah diolah sedemikian rupa dan kemudian diabsorpsi dengan alumunium
sehingga dinamakan Formol Toxoid Alum Precipiyual, agar merupakan depot
berlangsung sedikit- sedikit dlm jangka waktu lama, oleh karena itu lebih
efektif dan dapat menghasilkan kuantitas zat anti yang lebih besar.
Misalnya:
·
Diphtheri anatoxin (Diphtheri toxoid)
·
Tetanus anatoxin (Tetanus toxoid)
Sering
kali untuk pencegahan penyakit Diphtheri, Tetanus dan Pertussis dijadikan 1
(satu) berupa vaksin DPT (Diphtheri Pertussis Tetanus).
Dilihat
dari manfaat di masyarakat, imunisasi aktif dibagi :
1) IMUNISASI
WAJIB : tuberculosis,
difteri, tetanus, pertusis, poliomielitis, campak, Hepatitis B
2) IMUNISASI
ANJURAN : mencakup
pencegahan terhadap penyakit yg dampaknya belum meluas di masyarakat. Karena
keadaan lingkungannya sekelompok anggota masyarakat mempunyai resiko tinggi
untuk terjangkit sehingga masyarakat tsb membutuhkan.
·
Imunisasi
anjuran tdd : Penyakit parotitis, rubela, rabies, tifus dan paratifus,
varisela, influenza dll
·
Imunisasi
Masa Depan :Dewasa ini beberapa penyakit dianggap berbahaya tetapi vaksinnya
masih dlm penelitian, diharapkan 5 – 10 tahun mendatang vaksinnya sudah
tersebar dipasaran. Imunisasi masa
depan ini tdd vaksin dengue, malaria, AIDS dll
2.4 Pengertian, Jenis dan Sifat Vaksin
2.4.1
Pengertian
Vaksin adalah
suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman bakteri, virus
,riketsia, atau racun kuman ( toxoid ) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan
akan menimbulkan kekebalan spesfik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
2.4.2
JENIS-JENIS
VAKSIN
2.4.2.1
Vaksin
BCG (bacillus Calmate-Guerin)
Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan (Depkes : 0-12 bulan). BCG ulangan
tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntik intrakutan di daerah
insersio m. deltoideus dengan dosis untuk bayi < 1 tahun sebanyak 0,05 ml
dan untuk anak 0,10ml. pada bayi perempuan dapat diberikan suntikan dip aha
kanan atas.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa
ampul 80 dosis bayi dan 4 ml pelarut NaCL 0,9%. Kandungan Vaksin terdiri dari
bakteri hidup yang dilemahkan dari biakan Bacillus
Calmate-guerrin 50.000-1 juta partikel per dosis. Secara fisik berupa
vaksin beku kering tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah
dilarutkan mudah rusak bila kena panas atau kena sinar matahari. Vaksin
disimpan di lemari es suhu 2-8oC dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan
harus terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah vaksin dilarutkan harus
segera dipakai dalam waktu 3 jam.
Kontraindikasinya pasien dengan
imunokompromis (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, dan infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi :
a. Reaksi
local yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritema di
tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan
akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan
parut.
b. Reaksi
regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat,
tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
Komplikasi
yang dapat terjadi berupa abses di tempat suntikan karena suntikan terlalu
dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold
abcess) dan akan menyembuh spontan. Bila abses telah matang (merah,
fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan aspirasi dan jangan diinsisi.
Komplikasi lain adalah limfadenitis supurativa yang terjadi pada suntikan yang
terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang dan akan
menyembuh dalam waktu 2-6 bulan. Bila proses ini telah matang dilakukan
aspirasi dan jangan dinsisi.
2.4.2.2
Vaksin
DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria, pertusis,
dan tetanus dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan
setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II, dan III) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan satu tahun sejak
imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat
meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program pemerintah (PPI) vaksinasi
ulangan dilakukan dengan memberikan DT di kelas 1 SD dilanjutkan dengan TT di
kelas 2 dan 3 SD. Vaksin disuntikan intramuscular di bagian anterolateral paha
sebanyak 0,5 ml.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa
flakon 5 ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lftoksoid difteri, 15
Lftoksoid tetanus, 24 (OU) bordetella
pertusis (mati) diserapkan ke dalam alumunium fosfat dan mertiolat. Secara
fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut dengan sedikit endapan putih, yang
rusak bila beku, terkena panas, atau sinar matahari langsung. Vaksin disimpan
dalam lemari es suhu 2-80C dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontraindikasinya usia di atas 7
tahun, demam (>380C), sakit berat (terutama kelainan neurologis),
riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT sebelumnya berupa syok, kejang,
penurunan kesadaran, atau gejala neurologis lainnya. Bila anak berusia lebih
dari 7 tahun dapat diberi imunisasi DT. Efek samping yang mungkin terjadi
berupa demam, nyeri, bengkak, local, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi
demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberi analgetik-analgetik. Bila
terdapat reaksi berlebihan maka imunisasi berikutnya diberikan DT.
2.4.2.3
Vaksin
DT (Difteria, Tetanus)
Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
toksin yang dihasilkan kuman penyebab difteria dan tetanus. Vaksin ini dibuat
untuk keperluan khusus, misalnya anak tidak boleh atau tidak perlu imunisasi
pertusis namun ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntik intramuskular
atau subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa
flakon 25 ml, 50 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lftoksoid difteri, 15
Lftoksoid tetanus, alumunium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan
tidak berwarna, jernih yang rusak bila beku dan sinar matahari langsung. Vaksin
disimpan dalam lemari es suhu 2-80C dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontra indikasinya anak yang sakit
parah atau sedang menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi
berupa demam tinggi dan pembengkakan lokal di tempat suntikan 1-2 hari.
2.4.2.4
Vaksin
Tetanus
Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. Sedangkan anti tetanus serum (ATS) dapar dipakai
juga untuk pencegan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Imunisasi dasr dan ulangan pada anak diberikan dengan imunisasi DPT/DT. Sampai
saat ini pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali,
masing-masing pada kehamilan bulan ke 7 dan 8.
Vakisn disuntik intramuskular atau
sebkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5ml,
10 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 25 Lftoksoid tetanus, alumunium fosfat,
dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut denga
sedikitendapan putih yang tidak tahan beku dan panas. Vaksin dismpan dalam
lemari es 2-80C dengan masa kedaluarsa 2 tahun.
Kontraindikasiny anak yang sakit
parah. Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi lokal (kemerahan, bengkak,
dan rasa sakit di tempat suntikan) sedangkan pemberian ATS mungkin dapat
terjadi gatal diseluruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.
2.4.2.5
Vaksin
Polio
Pemberian
vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliiomielitis.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV) dengan
interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun
sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat
meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
Ada 2 jenis vaksi polio, yaitu
vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara
suntik) dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan), di Indosesia umumnya diberikan vaksin
sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kemasanya yang dibuat oleh Pasteur-Meriux Serums & Vaccins, perancis
untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan pipet. Kandungan vaksin ini
terdiri dari virus polio tipe 1,2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino,
antibiotik dan calf serum yang
distabilkan dengan magnesiium klorida dan fenol merah sebagai indikator. Secara
fisik berupa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali rusak bila terkena panas
atau cahaya matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-80C
(masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -250C (masa
kadaluarsa 2 tahun).
Kontraindikasinya diare berat,
defisiensi imun (karena obat imunosupresan: kemotrapi, kortikosteroid), dan
kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi yang mungkin terjadi berupa
kelumpuhan dan kejang-kejang.
2.4.2.6
Vaksin
Campak
Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi
campak dianjurkan diberikan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Pada
kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan
kemudian.
Vaksin
disuntik subkutan dalam 0.5 ml. Kemasannya yang dibuat Biofarma berupa flakon
berisi 10 dosis dan pelarut akuabides 5ml. Kandungan vaksin yang sudah
dilarutkan terdiri dari virus campak tidak kurang dari 5.000 TCID50
atau PFU, kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin tidak
lebih dari 30 mcg. Secara fisik vaksin yang beku kering, sedangkan setelah
dilarutkan tidak tahan panas (suhu 2-8 ⁰C) sehingga harus selalu tersimpan
pendingin serta harus dipakai dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan dalam
suhu 2-8 ⁰C
(masa kadaluarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka panjang disimpan dalam suhu
-20⁰C
dan dihindarkan dari sinar matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang
sejuk.
Kontraindikasinya infeksi akut
disertai demam lebih dari 38⁰C,
defisiensi imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur,
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, dan wanita hamil. Efek
samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis,
dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
2.4.2.7
Vaksin
Hepatitis B
Pemberian vaksin ini menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. imunisasi ini diberikan sedini
mungkin setelah bayi lahir. Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan
2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah imuninasi dasar.
Pada anak vaksin diberikan secara
intramuskular di daerah pangkal lengan (m.deltoid), sedangkan pada bayi di
daerah paha.
Pada bayi lahir dari Ibu dengan
HBsAg negatif diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan
saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dengan Ibu
HBsAg positif diberikan 0.5 ml Hepatitis
B Immune Globulin (HBIG) dal waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin
rekombinan atau 10 mcg vaksin Plasma
derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6
bulan. Pada bayi lahir dari Ibu dengan HBsAg tidak diketahui diberikan 0,5 ml
mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin Plasma
derived. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan, dan ketiga umur 6 bulan.
Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan imunisasi
ulangan dianjurkan memeriksa kadar HBsAg.
Tabel Kemasan Vaksin Hepatitis B
yang beredar di Indonesia
Jenis vaksin buatan
|
Kemasan
|
Vaksin
Plasma derived
Hepa B/ Kore Green Cross Corp
Vaksin Hepatitis B/ Perum Bio Farma
Hepaccine/ Chell Chemical and Food
|
0,5 ml tiap vial
dosis 10 mcg
1,0 ml tiap vial
dosis 20 mcg
0,5 ml tiap vial
dosis 5 mcg
1,0 ml tiap vial
dosis 20 mcg
0,5 ml tiap vial
dosis 1,5 mcg
1,0 ml tiap vial
dosis 3 mcg
|
Vaksin
dari Rekayasa Genetika
HB vax II/ Merck Sharp and Dohme
Engerix B/ Smith Kline Beecham
Bimmugen/ Kaketsuken
|
0,25 ml tiap vial dosis 2,5 mcg (0-10
tahun)
0,5 ml tiap vial dosis 5 mcg (10-19
tahun)
1,0 ml tiap vial dosis 10 mcg
0,5 ml tiap vial dosis 10 mcg
1 ml tiap vial dosis 20 mcg
0,25 ml tiap vial dosis 5mcg
0,5 ml tiap vial dosis 10 mcg
|
Sumber
: Pedoman Imunisasi Hepatitis B, Depkes RI, 1996
Vaksin
disimpan dalam lemari es suhu 2-8 ⁰C, tetapi tidak sampai beku.
Kontraindikasinya anak yang sakit berat.
Vaksin dapat diberikan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek lokal (Nyeri
ditempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
2.4.2.8
Vaksin
DPT – HB
Vaksin
mengandung berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifkan serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat noninfection
Indikasinya
untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B. Kemasannya
1 box vaksin DPT-HB vial tdd 10 vial @ 5 dosis, Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.
Cara
pemberian dan Dosisnya yaitu pemberian dengan cara IM 0,5ml sebanyak 3 dosis.
Dosis I usia 2 bulan dosis selanjutnya dengan interval 4mgg. Setelah dibuka
vaksin dapat digunakan selama 4 mgg, dengan ketentuan : Vaksin belum
kadaluarsa, Vaksin disimpan
dalam suhu 20C sd 80C, Tidak pernah terendam air, Sterilitasnya terjaga, VVM
masih dalam kondisi A atau B. Diposyandu vaksin yang telah dibuka tidak bisa
digunakan hari berikutnya.
Kontra
Indikasi Umum terhadap Imunisasi umumnya tidak terdapat kontraindikasi namun
kadang terdapat anafilaksis / reaksi hipersensitif yang hebat, kejang demam dan
panas > 38,5oC.
2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi
Jadwal
Imunisasi
|
Umur
|
Jenis
vaksin
|
Tempat
|
Bayi
Lahir di Rumah
|
0-7
hari
|
HB
0
|
Rumah
|
1
bulan
|
BCG,
Polio 1
|
Posyandu
*
|
|
2
bulan
|
DPT/
HB1, Polio 2
|
Posyandu *
|
|
3
bulan
|
DPT/
HB 2, Polio 3
|
Posyandu *
|
|
4
bulan
|
DPT/
HB 3, Polio 4
|
Posyandu *
|
|
9
bulan
|
Campak
|
Posyandu *
|
Jadwal
Imunisasi
|
Umur
|
Jenis
vaksin
|
Tempat
|
Bayi
Lahir di RS/RB/Bidan-Praktek
|
0
bulan
|
HB
0, BCG,Polio 1
|
RS/RB/Bidan
|
2
bulan
|
DPT/HB
1, Polio 2
|
RS/RB/Bidan/
Posyandu *
|
|
3
bulan
|
DPT/
HB 2, Polio 3
|
RS/RB/Bidan/
Posyandu *
|
|
4
bulan
|
DPT/
HB 3, Polio 4
|
RS/RB/Bidan/
Posyandu *
|
|
9
bulan
|
Campak
|
RS/RB/Bidan/
Posyandu *
|
Catatan : Jadwal Imunisasi dapat berubah
tergantung kebijakan Nasional
Bila vaksin masih terpisah, Ikuti
Jadwal lama
* Atau tempat pelayanan Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar