I. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. (Arif Mansjoer.2000)
Pneumonia adalah peradangan akut
parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Sylvia A. Price.2002)
Pneumonia
refers to an acute infectiom or inflammation of the alveoli. ‘Pneumonia
mengarah kepada infeksi akut atau peradangan pada alveolus.’ (Tortora J.
Gerard. 1996)
Berdasarkan
anatominya pneumonia dibagi menjadi tiga, yaitu :
Gambar 2.1 Paru yang terinfeksi
1. Pneumonia
lobaris
Seluruh lobus
mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat
intraalveolar, Pneumokokus dan Klabsiella merupakan organism penyebab
yang sering infeksi ini.
2. Pneumonia
lobularis (Bronkopneumonia)
Penyebaran yang
berbercak, eksudat fibrinosa terutama terdapat pada bronkiolus. Staphylococcus dan Streptococcus adalah penyebab infeksi yang sering.
3. Pneumonia
interstisialis (Bronchiolitis)
Eksudat perivaskuler dan edema di
antara alveoli, disebabkan oleh infeksi virus atau mikroplasma.
Bronchopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi
komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya
suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga
pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Gambar 2.2 Bercak-bercak pada
Bronchopneumoniae
Broncopnemonia
adalah suatu peradangan alveoli atau bronkus paru yang terjadi pada anak yang
mengenai satu atau beberapa lobus. ( Suryadi S.kp. 2001).
Broncopnemonia
adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti
bakteri, virus,jamur, dan benda asing yang mengenai satu atau beberapa lobus (
Ngastiyah, 1997).
Suatu infeksi
akut pada paru – paru yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai
dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh
bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar
hidung / mulut). (Bachtiar Fanani.2010)
Infeksi yang
terjadi pada neonatus yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing yang mengakibatkan Respiratory Distress.
(Rina.2010)
Dari berbagai
pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa bronchopneumonia adalah infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang secara anatomi mengenai bagian lobulus
paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate.
II. Patofisiologi
Bronkopneumonia
merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis
bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan. Biasanya
didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya
timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas
sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif ditemukan ada permulaan
penyakit tetapi setelah beberapa hari mula- mula kering kemudian menjadi
produktif. Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi
pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Untuk pneumonia
pneumokokkus menimbulkan respons khas yang terdiri dari empat tahap berurutan
atau stadium. Tahap-tahap ini menggambarkan perjalanan pneumonia pneumokokkus
yang tidak diobati. Kini dengan pemberian antibiotic perjalanan penyakit hanya
sekitar 3 hari.
1. Disebut
hyperemia(4 sampai 12 jam pertama), mengacu kepada respon peradangan permulaan
yang berlangsung di daerah paru yang terinfeksi. Hal ini menyebabkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan diantara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh Oksigen dan karbondioksida
untuk berdifusi sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas-gas.
2. Hepatisasi
merah (48 jam berikutnya) terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel-sel darah
merah, eksudat, dan fibrin, yang
dihasilkan oleh pejamu sebagai bagian dari reaksi peradangan. Paru-paru tampak
merah dan bergranula (hepatisasi=seperti hepar) karena sel-sel darah merah,
fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Hepatisasi
kelabu (3 sampai 8 hari), terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi bagian paru yang terinfeksi.
Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi diseluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
4.
Resolusi (7 sampai 11 hari), terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda ; sisa-sisa sel, fibrin, dan bakteri telah dicerna;
dan makrofag, sel pembersih pada reaksi peradangan mendominasi.
III.Etiologi
Munculnya
organism nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap
antibiotic, ditemukannya organism-organisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu
yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin
memperluas spectrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia,dan ini
juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang
mencolok. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respons
imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Beberapa penyebab
bronchopneumoniae adalah sebagai berikut :
1. Bakteri
Bakteri
biasanya mencapai paru melalui inhalasi atau aspirasi secret nasofaring.
Beberapa bakteri yang menyebabkan pneumonia yaitu pada bayi dan anak kecil
ditemukan Staphylococcus aerus
sebagai penyabab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan
mortalitas tinggi. Infeksi Staphylococcus aerus ini terutama terjadi pada neonates yang
lahir di rumah sakit. Mula-mula terdapat infeksi stafilokokus pada suatu tempat
di badan, kemudian terjadi penyebaran ke paru-paru, sehingga terjadi pneumonia
atau piotoraks. Proses ini terjadi dengan cepat dengan membuat keadaan bayi
cepat menjadi buruk.
Streptococcus pneumonia atau Pneumococcus merupakan infeksi piogenik
yang sering menimbulkan pneumonia, otitis media, sinusitis, dan meningitis.
Infeksi bakteri ini biasanya terjadi setelah diawali oleh infeksi virus atau
sebagai komplikasi. Proliferasi di alveoli menyebabkan pneumonia lobaris,
berupa konsolidasi keseluruhan lobus paru.
2. Virus
Virus
merupakan penyebab pneumonia tersering
pada anak-anak, tetapi kasus pneumonia oleh virus pada orang dewasa adalah
sekitar 10%. Kebanyakan pneumonia ini ringan. Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A, tipe B dan adenovirus.
3. Aspirasi
Penyebab ini
merupakan penyebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini disebabkan karena pada
saat pemberian os dimulai, terjadi aspirasi karena refleksmenelan dan batuk
belum sempurnapneumonia aspirasi ini harus dicurigai jika bayi BBLR tiba-tiba
menunjukan gejala letargia, anoreksia, berat badan tiba-tiba turun, dan kalau
terdapat serangan apnea. Aspirasi bisa terjadi karena Makanan, kerosen (bensin
dan minyak tanah) dan cairan amnion, benda asing.
4. Pneumonia
Hipostatik
Disebabkan
oleh tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak yang sakit dengan
kesadaran menurun, penyakit lain yang harus istirahat di tempat tidur yang lama
sehingga terjadi kongesti pada paru belakang bawah. Kuman yang tadinya
komensal berkembang biak menjadi patogen dan menimbulkan radang. Oleh
karena itu pada anak yang menderita penyakit dan memerlukan istirahat panjang
seperti tifoid harus diubah – ubah posisi tidurnya.
5. Jamur
Infeksi paru
oleh jamur dan parasit biasanya merupakan penyulit paling berbahaya pada
individu dengan gangguan imun, terutama wanita dengan sindrom immunodeficiency
didapat (AIDS). Beberapa jamur penyebab bronchopneumoniae adalah H. Capsulatum.
Candida albikans, Blastomycetes dermatitis, Koksidioidomikosis, Aspergilosis
dan Aktinimikosis.
6. Sindrom
Loeffler
Etiologi oleh
larva A. Lumbricoedes.
Secara klinis
biasa, berbagai etiologi ini sukar dibedakan. Untuk pengobatan tepat,
pengetahuan tentang penyebab pneumonia perlu sekali, sehingga pembagian
etiologis lebih rasional daripada pembagian anatomis.
Pneumokokus
merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai
8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80 % sedangkan pada anak
ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9.
Angka
kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan
meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh
pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia
lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Agen-agen
mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer :
1. Aspirasi
secret yang berisi mikroorganisme pathogen yang telah berkolonisasi pada
orofaring.
2. Inhalasi
aerosol yang infeksius, dan
3. Penyebaran
hematogen dari bagian ekstrapulmonal.
Frekuensi
relative dari agen penyebab pneumonia berbeda pada kedua sumber ini (Tabel
2.1). penting untuk membedakan antara pneumonia yang di dapat di masyarakat
dengan yang di rumah sakit, yaitu untuk mengetahui antibiotika apa yang sesuai
untuk dijadikan terapi.
Tabel 2.1
|
|
Penyebab paling sering Pneumonia yang didapat dari
masyarakat dan Nosokomial
|
|
Sumber
|
Penyebab
|
Masyarakat
Rumah Sakit
|
Streptococcus
pneumonia
Mycoplasma
pneumonia
Haemophillus
influinzae
Legionella
pneumophilla
Chlamydia
pneumonia
Anaerob oral (aspirasi)
Influenza tipe A dan B
Adenovirus
Basil usus gram negative (missal E.Coli, Klebsiella pneumonia)
Pseudomonas
aeruginosa
Staphylococcus
aureus
Anaerob oral
|
(Sylvia A. Price.2002)
IV. Faktor-Faktor Resiko Bronchoneumonia Neonatus
Ø
Dalam keadaan :
·
Aspirasi secret orofaringeal
·
Infeksi pernafasan oleh virus
·
Sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan daya
tahan tubuh .
·
Penyakit pernafasan kronik missal COPD, asma,
dan kisti fibrosik.
·
Kanker terutama kanker paru
·
Tirah baring yang lama
·
Fraktur tulang iga
·
HIV/AIDS
·
Malnutrisi
Ø
Riwayat kelahiran
·
Persalinan lama
·
Persalinan dengan tindakan
·
Ketuban pecah dini
·
Air ketuban bau dan kental
Ø
Riwayat kehamilan
·
Infeksi TORCH
·
Ibu menderita eklampsi
·
Ibu mempunyai penyakit bawaan
V. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala pneumonia hampir serupa
untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri. Gejala-gejala mencakup :
1. Demam
dan menggigil akibat proses peradangan, suhu dapat naik mendadak sampai 39 – 400
C.
2. Gejala
umum saluran pernapasan bawah berupa batuk yang produktif dan purulen, takipnu,
ekspektorasi sputum (sputum berwarna merah karat untuk Streptococcus pneumonia,berwarna merah muda untuk Staphylococcus aureus,atau kehijauan
dengan bau khas untuk Pseudomonas
aeruginosa), napas cuping hidung, sesak napas, air hunger,merintih, dan sianosis.
3. Anak
yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
4. Tanda
pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki.
5. Tanda
efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang
bila efusi beertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus
(iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas,
nyeri abdomen (kadang terjadi, bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah). Pada neonates dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu
jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
6. Rasa
lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
7.
Tidak ada reflex menghisap/ malas minum
8.
Gelisah
9.
Letargi
10. Frekuensi
pernapasan meningkat
11. Muntah
12. Diare
13. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan :
·
Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+), sianosis
sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.
·
Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi
yang sakit.
·
Perkusi : Sonor memendek. Sering tidak dijumpai
adanya kelainan
·
Auskultasi : Suara pernafasan mengeras (
vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
14. Pada
pemeriksaan Laboratorium
·
Gambaran darah menunjukkan leukositosis,
biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang
tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
·
Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit
menurun.
·
Peningkatan LED
·
Kultur
dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab)
·
Analisa
gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis metabolik.
15. Adanya
penyebaran daerah yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm yang
mengelilingi dan juga melibatkan bronki.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisis yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan
sebelumnya, disertai pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologi dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dan/atau serologi.
Karena pemeriksaan mikrobiologi tidak
mudah dilakukan; dan bila dapat dilakukan pun kuman penyebab tidak selalu dapat
ditemukan, WHO mengajukan pedoman diagnosis dari tatalaksana sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut, pneumonia dibedakan atas :
1. Pneumonia
sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum.
2. Pneumonia
berat: bila ada retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum.
3. Pneumonia
: bila tidak ada retraksi, tetapi napas cepat :
>60x/menit pada
bayi <2 bulan.
>50x/menit pada anak
2 bulan-1 tahun.
>40x/menit pada
anak 1-5 tahun.
4. Bukan
pneumonia : hanya batuk tanpa ada gejala seperti diatas.
5. Bayi
<2 bulan dianggap beresiko sangat tinggi karena perjalanan penyakit lebih
bervariasi, komplikasi dan kematian sering terjadi.
Diagnosa resiko yang
akan terjadi :
Intoleran
aktivitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
Resiko
terhadap perubahan membrane Mukosa oral yang berhubungan dengan pernafasan
mulut, sering meludah, dan penurunan masukan cairan sekunder akibat malaise.
* Resiko terhadap kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan yang tidak
terlihat sekunder akibat demam dan hiperventilasi.
Resiko
terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, dispnea, dan distensi abdomen sekunder akibat menelan udara.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berhubungan dengan nyeri, peningkatan sereksi
trakeobronkial dan keletihan.
* Resiko terhadap penyebaran infeksi
yang berhubungan dengan sifat penularan penyakit.
* Perubahan
kenyamanan yang berhubungan dengan hipertemia, malaise sekunder akibat pulmonal
patologis.
* Resiko
terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tieah baring yang
ditetapkan.
Ket : Diagnosa
ini dilaporkan untuk dipantau atau ditangani lebih sering (75-100%)
Diagnosa ini dilaporkan untuk dipantau atau ditangani
sering (50-74%)
*
Diagnosa ini tidak termasuk kedalam study validasi
(Lynda J. Carpenito. 2000)
V.
Penatalaksanaan Umum
Pengobatan
umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotic yang efektif
terhadap organism tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi
hipoksemia, dan pengobatan komplikasi. Seringkali
komplikasi dan mortalitas dikaitkan dengan jenis organism yang mengakibatkan
infeksi.
Pneumonia
pneumokokkus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat
diperbaiki kembali menjadi jaringan yang normal. Komplikasi yang paling sering
adalah efusi pleura ringan. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Penisilin G.
Penicilin 50000
ui/kgBB/hari ditambah dengan clorampenicol 50 -70 mg/kgBB/hari atau diberikan
antibiotik dengan spektrum luas seperti ampicilin, pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari.
Pemberian
oksigen dan cairan intra vena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5 % dan
Nacl 0.9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan Kcl 10 Meq / 500 ml/ botol
infus. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisa gas darah arteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar