Minggu, 06 Januari 2013

Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )


2.2 IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
2.2.1 Definisi
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tua nya kehamian .
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda- tanda kehidupan janin dalam kandungan.IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu. Apabila kehamilan sebelum 20 mingggu biasanya berakhir dengan abortus .Sedangkan apabila terjadi pada kehamilan sesudah 20 minggu biasanya ibu sudah merasakan gerakan janin.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.

2.2.2 Penggolongan Kematian Janin
Kematian janin dibagi menjadi 4 golongan :
a.       Kematian sebelum umur hamil 20 minggu.
b.      Kematian janin antara umur hamil 20-28 minggu.
c.       Kematian janin setelah umur hamil 28 minggu atau berat di atas 1000 gr.
d.      Kematian yang tidak dapat digolongkan.
Jika janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan sebagai berikut :
a.    Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
b.    Stadium macerasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati.
c.    Stadium Macerasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d.   Stadium Macerasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar. Ada oedema di bawah kulit.
2.2.3 Etiologi
Penyebab kematian janin ialah :
a)      Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta
b)      Penyakit-penyakit kelainan darah
c)      Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
d)     Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, pieonefritis, glomerunefritis, dan payah ginjal.
e)      Penyakit endokrin : hipertiroid
f)       Malnutrisi
2.2.4 Faktor Predisposisi
a.       Faktor Ibu (High Risk Mothers)
Yaitu status sosial ekonomi yang rendah,tingkat pendidikan ibu yang rendah,umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun,paritas pertama atau paritas kelima atau lebih,tinggi dan BB ibu tidak proporsional,kehamilan di luar persalinan,kehamilan tanpa pengawasan antenatal,gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,ibu dengan riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati,riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu.
b.      Faktor  Bayi (High Risk Infants)
Yaitu bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan kongenital,bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation),bayi dalam keluarga problema sosial.
c.       Faktor Dengan Kehamilan
Yaitu Abrupsio placenta,placenta previa,preeklamsi/eklamsi,polihidramnion,inkompabilitas golongan darah,kehamilan ganda,infeksi,diabetes,genitounaria.
2.2.5Penilaian Klinik
1)      Pertumbuhan janin tidak ada, bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun.
2)      Bunyi jantung janin tidak terdagar dangan fetoskop dan dipastikan dengan doppler.
3)      Ibu mengeluh menghilangnya gerakan janin.
4)      Berat badan ibu menurun.
5)      Tulang kepala kolaps
6)      USG : merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.
7)      Pemeriksaan HCG urine menjadi negative. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin.
2.2.6 Penanganan
a. Periksa tanda vital
b. Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO dan rhesus.
c. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian penyebab kematian, hindari pemberian informasi yang tidak tepat.
d. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir pervaginam.
e. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi ekspetatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan di ambil.
f. Bila pilihan adalah pada ekspetatif, tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi/
g. Bila pilihan adalah manajemen aktif, induksi persalinan menggunakan oksitosin atau misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
h. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
i. Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar