2.1.1.1
Pengertian
Masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu
atau 42 hari. (17)
Aplikasi
dari asuhan kebidanan ibu nifas di masyarakat merupaka suatu bentuk manajemen
kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas di masyarakat. Asuhan kebidanan di
komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu
nifas akan tetapi kepada seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu
nifas.(16)
2.1.1.2 Tujuan
asuhan masa nifas
Menurut
Saifudin, asuhan kebidanan dalam masa nifas mempunyai tujuan diantaranya:
1)
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologi.
2)
Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3)
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, dan pemberian imunisasi pada bayi serta perawatan bayi
sehat.
4) Memberikan
pelayanan keluarga berencana.
2.1.1.3
Peran
dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan mempunyai
peran dan tanggung jawab sebagai berikut (Saifuddin, 2007) :
1)
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
2)
Memberikan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta memperaktekan kebersihan yang aman
3)
Memfasilitasi
hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
4)
Memulai dan mendorong pemberian ASI
2.1.1.4 Tahapan
masa nifas
Menurut Hanafi (2008) masa nifas dibagi dalam 3 periode
yaitu:
1. Immediate
puerperium
Adalah
keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam postpartum.
2. Early
puerperium
Adalah
keadaan yang terjadi pada permulaan masa nifas, waktu 1 hari sampai 7 hari
setelah persalinan.
3. Later
puerperium
Adalah
waktu 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.
2.1.1.5 Perubahan
fisiologis masa nifas
Selama masa nifas terjadi perubahan fisiologis (hanafi,
2008) :
1. Perubahan
sistem reproduksi
a.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi
kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.
Bekas
implantasi uri : placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
c.
Luka-luka
pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
2. Endometrium
Lapisan
epitel endometrium kecuali tempat implantasi placenta mengalami regenerasi
sempurna pada akhir minggu ke-2 postpartum.
3.
Lochia
adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a)
Lochia
rubra (cruenta) : berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari persalinan.
b)
Lochia
sanguinolenta : berwarna merah
kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c)
Lochia
serosa : berwarna kuning,
cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochia
alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochia
purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Lochiostasis
: lochia
tidak lancar keluarnya.
4.
Serviks
: Setelah persalinan, agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah
bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5. Perubahan
sistem percernaan
a)
Peristaltik
usus kembali kenormal secara bertahap dan proses pengembalian ini bisa lambat
dengan adanya pengaruh penggunaan analgesik
b)
Secara
psikologis, pada umumnya nafsu makan ibu nifas turun akibat rasa nyeri
diperineum sehingga dapat menghambat defekasi. Akibatnya sering timbul gejala
konstipasi pada minggu pertama post partum. Buang air besar harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan.
6. Perubahan
sistem perkemihan
Trauma bisa terjadi pada kandung kemih, uretra dan
saluran kencing selama proses persalinan, yakni sewaktu bayi melewati jalan
lahir. Trauma akibat kelahiran dan peningkatan kapasitas kandung kemih yang
penuh menyebabkan keinginan untuk berkemih menjadi menurun. Disamping itu rasa nyeri pada panggul yang timbul
akibat dorongan pada saat melahirkan, laserasi vagina atau pada episiotomi
menurunkan atau menghilangkan reflek berkemih, kondisi demikian bisa
menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah bayi lahir dapat menyebabkan perdarahan karena kontraksi uterus
terganggu dan jika distensi kandung kemih ini terjadi pada tahap lanjut maka
dapat mnyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu
proses berkemih normal. Bila
hal ini berlangsung lama maka dinding kandung kemih akan mengalami kerusakan.
7. Perubahan
sistem musculosceletal
a. Abdomen
Kulit
dinding abdomen yang teregang, kemudian kembali
seperti semula beberapa minggu atau bulan kemudian
b. Pelvis
Setelah
janin dilahirkan, berangsur-angsur ligamentum, diafragma dan fascia mengerut
kembali seperti semula.
8. Perubahan
tanda-tanda vital
a. Suhu
tubuh
Setelah
anak lahir, suhu tubuh meningkat sampai 37,2OC dapat naik 0,5OC
dari normal tapi tidak lebih dari 38OC bila tidak terjadi infeksi.
b. Nadi
Berkisar antara 60 sampai 80 denyut per menit.
c. Perubahan
sistem kardiovaskuler
Cardiac
output yang meningkat selama kehamilan dan persalinan tiba-tiba menurun setelah
hari pertama postpartum dan kembali ke normal seperti sebelum hamil pada akhir
minggu ketiga postpartum.
9. Perubahan
sistem percernaan
a. Nafsu
Makan
Ibu biasanya lapar
setelah melahirkan sehingga ia bisa mengkonsumsi makanan ringan. Setelah itu
ibu benar-benar pulih dari efek melahirkan, ibu akan merasa sangat lapar,
permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasanya
dikonsumsi.
b. Motilitas
Secara
khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang
air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan oleh penurunan tonus otot usus selama
proses persalinan dan pada awal pasca partum.
2.1.1.6 Perawatan
Pasca persalinan
1. Mobilisasi
Ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh
miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo
emboli. Pada hari kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan
hari ke empat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Perawatan
payudara (mamma)
Perawatan
mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras,
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena
sangat baik untuk kesehatan bayinya.
4. Laktasi
Untuk menghadapi masalah laktasi sejak masa
kehamilan telah terjadi perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai
disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi air
susu ibu (ASI) akan lebih banyak. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi,
menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan
anaknya.
Tabel 2.3 Frekuensi kunjungan masa
nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah
persalinan
|
·
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk
bila perdarahan berlanjut
·
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·
Pemberian ASI
awal
·
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
·
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
|
2
|
6 hari setelah
persalinan
|
·
Memastikan involusi berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau
·
Menilai adannya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
·
Memastikan ibu mencapat cukup makanan, cairan dan
istirahat
·
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperhatikan tanda-tanda penyulit
·
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
|
3
|
2 minggu setelah
persalinan
|
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
|
4
|
6 minggu setelah
persalinan
|
·
Menanyakan
kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
·
Memberi konselilng untuk KB secara dini
|
Sumber: Saifuddin (2002: N-23)
2.1.1.7
Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Pada masa postpartum terjadi adaptasi psikososial
menurut Rubin terbagi menjadi 3 tahap :
1. Masa
Taking In
Masa ini terjadi 2-3 hari pasca salin, ibu yang baru ini
bersikap pasif dan sangat tergantung, segala energinya difokuskan pada
kekhawatiran tentang badanya. Dia akan bercerita tentang
persalinannya secara berulang-ulang.
2. Masa
Taking On (masa meniru dan rol play)
Masa
ini terjadi 3-4 hari pasca salin, ibu menjadi khawatir akan kemampuannya
merawat bayi dan menerima tanggungjawabnya sebagai ibu semakin besar. Ibu
berupaya untuk menguasai keterampilan perawatan bayinya.
3. Masa
Letting Go
Masa ini biasanya
terjadi bila ibu sudah pulang dari RS dan melibatkan keluarga. Ibu mengambil
langsung tanggungjawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungannya dan khususnya interaksi sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar