Minggu, 06 Januari 2013

Asuhan masa Nifas


2.1.1.1  Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari. (17)
Aplikasi dari asuhan kebidanan ibu nifas di masyarakat merupaka suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas di masyarakat. Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi kepada seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas.(16)
2.1.1.2  Tujuan asuhan masa nifas
Menurut Saifudin, asuhan kebidanan dalam masa nifas mempunyai tujuan diantaranya:
1)      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologi.
2)      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3)      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, dan pemberian imunisasi pada bayi serta perawatan bayi sehat.
4)      Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.1.1.3  Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai berikut (Saifuddin, 2007) :
1)      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
2)      Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta memperaktekan kebersihan yang aman
3)      Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
4)      Memulai dan mendorong pemberian ASI
2.1.1.4  Tahapan masa nifas
Menurut Hanafi (2008) masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:
1.      Immediate puerperium
Adalah keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam postpartum.
2.      Early puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan masa nifas, waktu 1 hari sampai 7 hari setelah persalinan.
3.      Later puerperium
Adalah waktu 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.
2.1.1.5  Perubahan fisiologis masa nifas
Selama masa nifas terjadi perubahan fisiologis (hanafi, 2008) :
1.      Perubahan sistem reproduksi
a.       Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.      Bekas implantasi uri : placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
c.       Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
2.      Endometrium
Lapisan epitel endometrium kecuali tempat implantasi placenta mengalami regenerasi sempurna pada akhir minggu ke-2 postpartum.
3.      Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan  vagina dalam masa nifas.
a)      Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari persalinan.
b)      Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c)      Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d)     Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e)      Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f)       Lochiostasis : lochia tidak lancar keluarnya.
4.      Serviks : Setelah persalinan, agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5.      Perubahan sistem percernaan
                                            a)      Peristaltik usus kembali kenormal secara bertahap dan proses pengembalian ini bisa lambat dengan adanya pengaruh penggunaan analgesik
                                            b)      Secara psikologis, pada umumnya nafsu makan ibu nifas turun akibat rasa nyeri diperineum sehingga dapat menghambat defekasi. Akibatnya sering timbul gejala konstipasi pada minggu pertama post partum. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
6.      Perubahan sistem perkemihan
Trauma bisa terjadi pada kandung kemih, uretra dan saluran kencing selama proses persalinan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Trauma akibat kelahiran dan peningkatan kapasitas kandung kemih yang penuh menyebabkan keinginan untuk berkemih menjadi menurun. Disamping  itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan pada saat melahirkan, laserasi vagina atau pada episiotomi menurunkan atau menghilangkan reflek berkemih, kondisi demikian bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah bayi lahir dapat menyebabkan perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan jika distensi kandung kemih ini terjadi pada tahap lanjut maka dapat mnyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal. Bila hal ini berlangsung lama maka dinding kandung kemih akan mengalami kerusakan.
7.      Perubahan sistem musculosceletal
a.       Abdomen
Kulit dinding abdomen yang teregang, kemudian kembali  seperti semula beberapa minggu atau bulan kemudian
b.      Pelvis
Setelah janin dilahirkan, berangsur-angsur ligamentum, diafragma dan fascia mengerut kembali seperti semula.
8.      Perubahan tanda-tanda vital
a.       Suhu tubuh          
Setelah anak lahir, suhu tubuh meningkat sampai 37,2OC dapat naik 0,5OC dari normal tapi tidak lebih dari 38OC bila tidak terjadi infeksi.
b.      Nadi
Berkisar antara 60 sampai 80 denyut per menit.
c.       Perubahan sistem kardiovaskuler
Cardiac output yang meningkat selama kehamilan dan persalinan tiba-tiba menurun setelah hari pertama postpartum dan kembali ke normal seperti sebelum hamil pada akhir minggu ketiga postpartum.
9.      Perubahan sistem percernaan
a.       Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia bisa mengkonsumsi makanan ringan. Setelah itu ibu benar-benar pulih dari efek melahirkan, ibu akan merasa sangat lapar, permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasanya dikonsumsi.
b.      Motilitas
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c.       Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan oleh penurunan tonus otot usus selama proses persalinan dan pada awal pasca partum.


2.1.1.6  Perawatan Pasca persalinan
1.      Mobilisasi
Ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari ke empat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
2.      Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Perawatan payudara (mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
4.      Laktasi
Untuk menghadapi masalah laktasi sejak masa kehamilan telah terjadi perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih banyak. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.
Tabel 2.3 Frekuensi kunjungan masa nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam setelah persalinan
·         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·         Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila  perdarahan berlanjut
·         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·         Pemberian ASI awal
·         Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
·         Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2
6 hari setelah persalinan
·         Memastikan involusi berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
·         Menilai adannya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
·         Memastikan ibu mencapat cukup makanan, cairan dan istirahat
·         Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda penyulit
·         Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4
6 minggu setelah persalinan
·         Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
·         Memberi konselilng untuk KB secara dini
Sumber: Saifuddin (2002: N-23)

2.1.1.7  Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Pada masa postpartum terjadi adaptasi psikososial menurut Rubin terbagi menjadi 3 tahap :

1.      Masa Taking In
Masa ini terjadi 2-3 hari pasca salin, ibu yang baru ini bersikap pasif dan sangat tergantung, segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badanya. Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
2.      Masa Taking On (masa meniru dan rol play)
Masa ini terjadi 3-4 hari pasca salin, ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggungjawabnya sebagai ibu semakin besar. Ibu berupaya untuk menguasai keterampilan perawatan bayinya.
3.      Masa Letting Go
Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudah pulang dari RS dan melibatkan keluarga. Ibu mengambil langsung tanggungjawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungannya dan khususnya interaksi sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar