1.3.1
Definisi
Hipertensi
dalam kehamilan merupakan kelainan kardiovaskular yang terjadi sebelum kehamilan
atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.(6)
Hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang
diketahui untuk pertama kali selama kehamilan. Tetapi belum mengalami
proteinuria dan tekanan darah telah kembali ke normal dalam 12 minggu post
partum. (7)
Dapat disimpulkan, bahwa hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
kardiovaskular berupa kenaikan tekanan darah tinggi sebesar 140/90 mmHg yang
diketahui pertama kali selama kehamilan dan kembali normal dalam 12 minggu post
partum dengan protein urine negatif.
1.3.2
Faktor Resiko
a.
Lebih sering pada primigravida
b.
Resiko meningkat pada masa plasenta besar (pada gemeli,
penyakit trofoblas), diabetes melitus, riwayat personal adanya hipertensi,
faktor herediter dan masalah vaskuler. (4)
1.3.3
Diagnosis Hipertensi
Terdapat
kesepakatan bahwa tekanan darah mutlak sebesar 140/90 mmHg adalah abnormal
karena tekanan darah arteri istirahat yang normal lebih rendah pada orang hamil
daripada orang yang tidak hamil. Peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg
atau tekanan diastolik sebesar 15 mmHg juga menggambarkan suatu perubahan
patologik (Hacker. 2001 : 179). Hipertensi dalam kehamilan pertama kali
diketahui selama kehamilan dan telah kembali normal dalam 12 minggu post
partum. Dalam klasifikasi ini diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan
tidak mengidap preeklamsia hanya dapat dibuat post partum (7)
Adapun
teori lain yang diungkapkan oleh Saifuddin (2002. M-34 s.d M-35), bahwa
tekanan darah diastolik merupakan
indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan
darah diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik). (4)
Jika
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih,
diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik 110 mmHg
dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak pengukuran waktu ˂ 4 jam.
Terdapatnya
protein urin mengubah diagnosis hipertensi dalam kehamilan menjadi preeklamsi.
Beberapa keadaan lain yang dapat menyebabkan proteinuria adalah infeksi traktus
urinaria, anemia berat, gagal jantung, partus lama, hematuria dan
kontaminasi dengan darah dari vagina. Sekret vagina dan cairan ketuban
dapat mengkontaminasi contoh urine. Dianjurkan menggunakan urine midstream
untuk menghindari kontaminasi. Kateterisasi tidak dianjurkan karena
beresiko infeksi traktus urinarus.
Tabel 2.7 Penegakkan Dignosa Hipertensi Pada Kehamilan
Gejala dan tanda
yang selalu ada
|
Gejala dan tanda
yang kadang-kadang ada
|
Diagnosis kemungkinan
|
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada
kehamilan ˂ 20 minggu
|
-
|
Hipertensi
kronik
|
Tekanan
diastolik 90-110 mmHg
Proteinuria + +
|
-
|
Hipertensi kronik dengan superimpossed
preeklamsia ringan
|
Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 kali pengukuran
dengan berjarak 4 jam) pada kehamilan ˃ 20 minggu atau 48 jam setelah
kehamilan
Proteinuria – (negatif)
|
-
|
Hiperrtensi
dalam kehamilan
|
Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 kali pengukuran
dengan berjarak 4 jam) pada kehamilan ˃ 20 minggu
Proteinuria sampai + +
|
-
|
Preeklamsia
ringan
|
Tekanan diastolik 90-110 mmHg pada kehamilan ˃
20 minggu
Proteinuria ≥ + + +
|
Hiperrefleksia
Nyeri kepala (tidak hilang dengan analgetik
biasa)
Penglihatan
kabur
Oliguria (˂400
ml / 24 jam)
Nyeri abdomen
atas (epigastrium)
Edeama paru
|
Preeklamsia
berat
|
Kejang
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada kehamilan ˃ 20
minggu
Proteinuria ≥ + +
|
Koma
Sama seperti preeklamsia berat
|
Eklamsi
|
(Saifudin. 2007. M-34 s.d M-35)
1.3.4
Gambaran Klinis
Menurut Manuaba (2008 :
91-92) dijabarkan beberapa gambaran klinis sebagai
berikut :
1.
Hipertensi,
kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg. Tekanan
darah absolut 140/90 mmHg atau 160/110 mmHg yang diambil selang 6 jam dalam
keadaan istirahat.
2.
Edema,
merupakan penimbunan cairan
tubuh yang tampak atau tidak tampak. Perhitungan kenaikan berat badan melebihi
¾-1 kg/minggu dianggap patologis. Edema dijumpai di tibia, wajah atau tangan
bahkan seluruh tubuh (anasarka).
3.
Proteinuria,
menunjukkan komplikasi lanjut hipertensi
dalam kehamilan dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos
dalam urine. Protein dalam
urine normalnya tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan
komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan perhatian
khusus.
4.
Kejang
(konvulsi) menunjukkan
kelanjutan komplikasi menjadi eklamsia yang menyebabkan terjadi AKI tinggi dan
dapat diikuti AKP (Angka Kematian Perinatal) yang tinggi pula. Kejang menunjukkan telah
terjadi kemungkinan perdarahan nekrosis dalam edema.
5.
Koma,
kelanjutan kejang pada otak dapat
diikuti koma sebagai manifestasi dari edema serebrovaskular (sroke)
dengan menimbulkan perdarahan nekrosis sehingga terjadi koma (6)
Hipertensi karena kehamilan dan preeklamsia ringan
sering ditemukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognisis
menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi
tanda yang sahih untuk preeklamsia. (4) Namun, perlu diketahui bahwa
wanita dengan hipertensi dalam kehamilan dapat memperlihatkan tanda tanda lain
yang berkaitan dengan preeklamsia, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium,
atau trombositopenia yang mempengaruhi penatalaksanaan (6). Selain
itu, nyeri kepala (tidak hilang
dengan analgetik biasa), penglihatan kabur, bengkak pada wajah, dan ekstermitas
serta nyeri perut bagian atas sering berhubungan dengan hipertensi dalam
kehamilan (4).
1.3.5
Patofisiologi
(6)
Zweifel
(1922) mengemukakan bahwa gejala gestosis tidak dapat diterangkan dengan
satu faktor atau teori tetapi merupakan multifaktor (teori) yang menggambarkan
berbagai manifestasi klinis yang kompleks yang oleh Zweifel disebut disease
of theory. Teori diet adalah teori yang diakui POGI. Menurut teori diet ibu
hamil, kebutuhan kalsium ibu hamil cukup tinggi untuk pembentukan tulang dan
organ lain janin, yaitu 2-2,5 g/hari. Bila terjadi kekurangan kalsium, kalsium
ibu hamil akan dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi pengeluaran
kalsium dari jaringan otot. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jenuh
sehingga dapat menghindari dan menghambat pembentukan tromboksan dan mengurangi
aktifitas trombosit. Oleh karena itu, minyak ikan dapat menurunkan kejadian
preeklampsia atau eklampsia. Diduga bahwa minyak ikan mengandung kalsium.
Fungsi
kalsium dalam otot jantung menimbulkan peningkatan kontraksi sehingga dapat
mempertahankan dan meningkatkan volume sekuncup jantung dan tekanan darah dapat
dipertahankan. Kalsium dalam otot pembuluh darah mengendalikan dan mengurangi
kontraksi-vasokontriksi sehingga tekanan darah dapat dikendalikan bersama
dengan vasokonstriktor lainnya. Kekurangan kalsium yang terlalu lama
menyebabkan dikeluarkannya kalsium dari jaringan otot sehingga menimbulkan manifestasi sebagai berikut:
a.
Keluar dari
otot jantung menimbulkan melemahnya kontraksi otot jantung dan menurunkan
volume sekuncup sehingga aliran darah akan menurun
b.
Keluar dari
otot pembuluh darah akan menimbulkan kontraksi, vasokontriksi, dan meningkatkan
tekanan darah tinggi (hipertensi)
Konsep
dasar terjadinya gestosis EHP (edema, hipertensi, proteinuria) adalah sebagai berikut. Iskemia region uteroplasenter menimbulkan
dikeluarkannya hasil metabolisme PO2 radikal bebas. Radikal bebas
dapat merusak membran, khususnya sel endotel pembuluh darah sehingga akan
mengubah metabolisme sel. Akibat perubahan metabolisme terjadi penurunan
reproduksi prostatglandin yang dikeluarkan plasenta. Perubahan keseimbangan
prostatglandin yang menjurus pada peningkatan tromboksan yang merupakan
vasokonstriktor yang kuat, penurunan produksi prostatsiklin sebagai
vasodilator, penurunan produksi angiotensin I-III yang mengakibatkan makin
meningkatnya sensitivitas otot pembuluh darah terhadap vasopresor.
Perubahan
ini mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi
kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan mengakibatkan permeabilitas
pembuluh darah meningkat serta
meningkatkan tekanan darah. Kerusakan dinding pembuluh darah menimbulkan dan
memudahkan trombosit mengadakan agregasi dan adhesi serta akhirnya mempersempit
lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ vital. Mekanisme yang terjadi
untuk mengatasi timbunan trombosis adalah lisis, sehingga dapat menurunkan
jumlah trombosit darah serta memudahkan tejadinya perdarahan.
Kerusakan
membran endotel pembuluh darah, timbunan trombosit dan vasokonstriksi pembuluh
darah menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme endrogen atau organ vital
dalam bentuk ekstravasasi cairan menuju ekstravaskuler yang menimbulkan oedema lokal tibia atau anasarka, penurunan volume darah
yang menimbulkan hipovolemia, dan terjadi hemokonsentrasi darah (6)
1.3.6
Penanganan Khusus Hipertensi dalam Kehamilan (4,8)
Tangani secara rawat jalan(4) :
a.
Pantau
tekanan darah, urin (untuk protein urin) dan kondisi janin setiap minggu.
b.
Jika tekanan
darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan.
c.
Jika kondisi
janin memburuk dan terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian
kesejahteraan janin.
d.
Jika tekanan
darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal.
Peran bidan dalam Menangani Hipertensi karena Kehamilan (8)
Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada
kehamilan :
1.
Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap
pemeriksaan kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang
benar.
2.
Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
3.
Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil
duduk atau berbaring dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran (
Letakkan tensimeter di tempat yang datar setinggi jantung ibu hamil dan
gunakan ukuran manset yang sesuai)
4.
Catat tekanan darah
5.
Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan
diastole 15 mmhg atau lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah
dalam 1 jam.Bila tetap maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya
edema terutama pada wajah atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah
sacral.
6.
Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan
pemeriksaan urin terhadap albumin pada setiap kali kunjungan.
7.
Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan
darah sangat tinggi, kenaikan tekanan darah naik secara tiba-
tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna gelap),edema berat yang timbul
mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
8.
Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan
doker tidak mudah dicapai maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin
terhadap protinuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan
harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
9.
Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan walaupun tidak edema atau proteinuria.
10. Jika
tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
·
Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil
,suami atau keluarga tentang tanda-tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya
sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu hati dan pembengkakan pada
kaki/punggung/wajah.
·
Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk
ke rumah sakit.
11. Bicarakan
seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
12. Catat
semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA. (8)
1.3.7
Penanganan
Khusus Preeklamsia Ringan (4)
Kehamilan kurang dari 37
minggu, jika belum ada perbaikan lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat
jalan :
a.
Pantau
tekanan darah, urine (untuk protein urine), refleks dan kondisi janin.
b.
Konseling kepada pasien dan keluarganya tentang
tanda-tanda bahaya preeklamsia dan eklamsi.
b.
Lebih banyak istirahat.
c.
Diet
biasa (tidak perlu diet rendah garam).
d.
Tidak perlu diberi obat-obatan.
e.
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah
sakit :
1)
Diet biasa.
2)
Pantau
tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk protein urin) sekali sehari.
3)
Tidak perlu obat-obatan.
4)
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema
paru, dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.
5)
Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan.
a)
Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklamsi berat.
b)
Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah,
urine, keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklamsia berat.
c)
Jika tekanan
darah diastolik naik lagi, rawat kembali.
6)
Jika tidak
ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan observasi kesejahteraan
janin.
7)
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
8)
Jika protein urin meningkat, tangani sebagai
preeklamsia berat.
Hipertensi dalam kehamilan yang tergolong masih ringan
biasanya tidak diobati, malainkan diatasi dengan penerapan pola hidup sehat,
cukup istirahat dan kontrol secara rutin seminggu 2 kali. Apabila kondisi
hipertensinya dianggap cukup berat dan tidak terkendali, maka selain menerapkan
pola hidup sehat, penderita juga harus mengonsusi obat-obatan. Biasanya obat
diberikan ketika tekanan darah diastolik ibu lebih dari atau di atas 100 mmHg.
Obat tersebut akan membantu menurunkan tekanan darah menjadi 90-80 mmHg, lebih
rendah dari ini tidak dianjurkan karena berbahaya bagi janin (Junaidi. 2010 :
93).
Adapun penanganan preelamsi ringan pada kehamilan
lebih dari 37 minggu, sebagai berikut :
a.
Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostatglandin.
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan
prostatglandin atau kateter voley atau lakukan seksio sesarea.(4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar