Minggu, 06 Januari 2013

Macam- macam Penyakit Menular Seksual (PMS)


1.1.1  Macam-macam Penyakit Menular Seksual
2.3.7.1  Gonore
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara PMS.(10)
1.   Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh  Neisseria gonorrhoeae.(10)
2.   Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan tahun 1882. Neisseria gonorrhoeae merupakan salah satu dari empat spesies grup Neiserria. Pada sediaan langsung pewarnaan gram negative, terlihat di luar dan di dalam lekosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan.(10)
3.   Patogenesis
Kuman N. gonorrhoeae  paling mudah menginfeksi daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur).  Umumnya penularan melalui hubungan seksual.(17)
4.   Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena umumnya asimptomatis.(10, 17)
Keluhan utama pada pria(5, 13):
a.       Nyeri pada waktu kencing
b.      Kadang disertai demma ringan
c.       Keluar nanah kental berwarna kuning atau kuning kehijauan dari muara saluran kemih.
d.      Ujung penis agak merah dan agak bengkak
Keluhan pada Wanita(5, 13):
a.       Keputihan kental berwarna kekuningan
b.      Nyeri waktu kencing atau kontak seksual
c.       Dapat juga tanpa gejala
5.   Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat kaitannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Pada Pria(5, 10, 17):
Infeksi pertama: Uretritis maka komplikasi local yang terjadi adalah peradangan pada kelenjar di muara saluran kemih (glandula tysonitis), selain itu adalah parauretritis, littritis, dan cowperitis. Komplikasi asendens yaitu: Prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, dan trigonitis. Penyakit berlanjut bakteri GO akan menginfeksi testis menyebabkan epididimo-orchitis yang dapat merusak jaringan penghasil sperma dan menyebabkan kemandulan.
Pada Wanita(5, 10, 17):
a.       Infeksi pertama: Uretritis maka komplikasi local yang terjadi adalah parauretritis dan Bartholinitis.
b.      Infeksi pertama: servisitis maka komplikasi asendens yang terjadi adalah endrometitis, salpingitis, dan PID.
Selain itu baik pada wanita maupun pria dapat terjadi penyebaran infeksi keseluruh tubuh antara lain sendi menimbulkan arthritis GO, jantung menyebabkan endocarditis, selaput otak menyebabkan meningitis. Penularan pada bayi yang dilahirkan pervaginam dikenal dengan konjungtivitis GO (Blenorheae) yang dapat menyebabkan kebutaan.(5, 13)
6.   Diagnosis
Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan bantu yang terdiri dari lima tahapan.
a.       Sediaan langsung
b.      Kultur
c.       Tes definitive
d.      Tes beta-laktamase
e.       Tes thomson
7.   Pengobatan
Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali daerah yang tinggi insiden Neiserria gonorrhoeae penghasil Penisilinase (N.G.G.P). secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat lain yang dapat dipakai antara lain: penisilin, amoksisilin dan ampisilin, sefalosforin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol, dan kuinolon.(10)
2.3.7.2  Herpes Simpleks
1.      Definisi
Herpes Simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simpleks tipe I atau II.(10, 17)
2.      Etiologi
Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe I dan II adalah virus herpes hominis yang termasuk virus DNA.(10, 17)
3.      Gejala Klinis
Infeksi HSV ini berlangsung dalam tiga tingkatan(10, 17) yaitu:
1)      Infeksi Primer
Berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah benig regional.
Tempat predileksi HSV tipe I di daerah pinggan ke atas terutama daerah mulut dan hidung. HSV tipe II di daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital. Namun daerah predileksi ini sering kacau karena adanya hubungan seksual oro-genital.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok  di atas kulit yang sembab  dan eritematosa, berisi cairan jernih kemudian menjad seropurulen, dapat menjadi krusta dan ulserasi.
2)       Pada Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3)      Infeksi rekurens
Reaktivasi HSV pada ganglion dorsalis mencapai kulit. Berlangsung kira-kira 7-10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal sebelum timbul vesikel seperti rasa panas, gatal, dan nyeri.
4.      Diagnosis
HSV dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Diagnosis bandingnya untuk Herpes simplek di daerah mulut yaitu: impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia yaitu: ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum.
5.      Penatalaksanaan
a.       Medikamentosa
1)   Belum ada terapi radikal
2)   Pada episode pertama berikan:
a)      Asiklovir
b)      Preparat isoprinosin
3)   Pada episode rekurensi, umumny tidak perlu diobati namun bila perlu obati dengan krim asiklovir.
b.      Non medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien seperti:
1)      Bahaya PMS dan komplikasinya
2)      Pentingnya memmatuhi obat yang diberikan
3)      Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan
4)      Hindari hubungan seksual sebelum sembuh
5)      Cara-cara menghindari PMS di masa datang.



2.3.7.3  Trikomoniasis
1.      Definisi
Trikominiasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik.(10)
2.      Etiologi
Penyebab trikominiasis adalah Trichomonas vaginalis.(5,10,17)
3.      Patogenesis
T. vaginalis menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengancara invasi mencapai jaringan epitel dan subepitel.(17)
4.      Gejala Klinis(10, 17)
Masa tunasnya 4 hari sampai 3 minggu.
Pada wanita penyakit ini terutama mengenai dinding vagina di daerah forniks posterior. Terlihat secret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, dan berbusa. Dinding vagina kemerahan dan sembab. Abses kecil pada dinding vagina dan serviks sebagai granulasi berwarna merah (Strawberry appereance) dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pasca coitus, dan perdarahan intramenstrual.
Pada laki-laki umumnya gambaran klinis lebih ringan. Bentuk akut gejalanya mirip uretro nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret uretra mukoid. Urin biasanya jernih tetapi kadang disertai benang-benang halus.
5.      Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis sediaan basah, dan sediaan apusan serta pembiakan(17)
6.      Penatalaksanaan(10, 17)
Pengobatan dapat diberikan secara topical atau sistemik. Secara topical yaitu bahan cairan berupa irigasi, bahan berupa supositoria, jel dank rim yang berisi zat trikomoniasidal. Secara sistemik obat yang sering digunakan adalah derivate nitromidazol seperti mitonidazole, nimorazol, tinidazole, dan ornidazole.
2.3.7.4  Vaginosis Bakterial
1.      Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Gardnella vaginalis.(10,17)
2.      Gejala Klinis
Keluhan berupa duh tubuh  ringan yang menempel pada dinding vagina dan berbau amis. Bau lebih menusuk setelah bersenggama dan darah haid berbau abnormal. Dapat timbul rasa gatal, dan panas akibat iritasi serta kemerahan dan edema pada vagina.(17)
3.      Diagnosis
Diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya clue cell, pH vagina diatas 4,5, tes amin positif, dan adanya G. vaginalis sebagai flora utama menggantikan laktobasilus.
4.      Penatalaksanaan
1.      Secara topical gunakan krim sulfonamide, dan suposituria vaginal.
2.      Secara sistemik berikan metronidazol, tinidazol atau amoksisilin.
2.3.7.5  Sifilis
1.      Definisi
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Troponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis dan bersifat sistemik.(10,17)
2.      Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Troponema pallidum.
3.      Klasifikasi
Sifilis dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Sifilis congenital : dini (< 2 tahun), lanjut (> 2 tahun), dan stigmata.
b.      Sifilis akuisita : secara klinis dan epidemiologic.
4.      Patogenesis(17)
Perkembangan penyait sifilis berlangsung dari stadium dini ke stadium lanjut.  10 -90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi, timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 mingu setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selapu lendir, kemudian mengadakan konfulensi dan berbentuk khas.
5.      Gejala Klinis(5, 13, 17)
a.       Stadium I: luka pada kemaluan tanpa nyeri, terjadi 3 minggu setelah infeksi.
b.      Fase laten: tanpa gejala klinis
c.       Stadium II: bintil, demam, kelainan kulit bercak merah pada tubuh. 6-8 minggu setelah stadium I.
d.      Stadium III : lesi yang khas (guma), nodus dibawah kulit, terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
e.       Sifilis Kongenital : muncul 3 minggu setelah bayi dilahirkan. Papul dan skuama menyerupai stadium II. Trias hutingson, teeth huthcintson
6.      Diagnosis(17)
Berdasarkan anamnesa, dan gambaran klinis, mikroskop, pewarnaan burri, pemeriksaan darah (TSS), dan pemeriksaan rontgen.
7.      Penatalaksanaan
a.       Medikamentosa
b.      Pemantauan serologic
c.       Nonmedikamentosa  
2.3.7.6  Ulkus Mole
1.      Definisi(10, 17)
Ulkus mole adalah penyakit infeksi alat kelamin yang akut, setempat, disebut juga soft chancre, chancroid, soft sore.

2.      Etiologi
Disebabkan kuman Haemophilus ducreyi merupakan bakteri gram negative.(17)
3.      Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari,. Lesi kebanyakan multiple dan jarang soliter biasanya pada daerha genital. Mula mula kelainan berupa papul, kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus. Dapat timbul gejala sistemik berupa demam dan malese.
4.      Diagnosis
Berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium.
5.      Pengobatan
1.      Medikamentosa
2.      Non medikamentosa
2.3.7.7  Kandidiosis Vaginal(17)
1.      Definisi
Kandidiosis Vaginal adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut pada vagina dan atau vulva.
2.      Etiologi
Bakteri Candida albicans.
3.      Gejala klinis
Rasa gatal/ iritasi disertaikeputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bias banyak, berwarna putih keju, seperti kepala susu/krim, atau seperti susu pecah. Pada vulva vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, pseudomembran, fisura, dan lesi satelit papulopustular.
4.      Diagnosis
Ditegakan berdasarkan hasil manifestasi klinis dan pemeriksaan mikroskopis
5.      Penatalaksanaan
a.       Secara topical gunakan mikonazol/klotrimazol, nistatin, untuk vulva berikan krim kotrimazol.
b.      Secara sistemik dapat diberikan ketokonazol.
2.3.7.8  Kondiloma Akuminata(5, 17)
1.      Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi Human papilloma virus (HPV) tipe terntentu, bertangkai dan permukaan berjonjot.
2.      Etiologi
Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11 sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks.
3.      Gejala klinis
Masa inkubasi berlangsung antara 1-8 bulam (rata-rata 2-3 bulan). Kelainan yang masih baru berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan.
4.      Penatalaksanaan
Dapat dilakukan dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser CO2, interferon, dan imunoterapi.
2.3.7.9   AIDS(5,10, 13, 17)
1.      Definisi
AIDS (Acquired immune Deficiency Syndrome ) adalah suatu sindrom penyakit defisiensi imunitas seluler yang didapat.  AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena penurunan daya tahan tubuh akibat virus HIV.
2.      Etiologi
Penyebabnya Human Immunodeficiency Virus (HIV).
3.      Gejala Klinis
Sering terlihat asimptomatis, baru terlihat apabila prognosis buruk.
4.      Cara Penularan
Terutama melalui tranfusi darah yang tidak steril dan hubungan seksual serta melalui cairan tubuh lainnya.
5.      Diagnosis
Ditegakan melalui pemeriksaan laboratorium.
6.      Penatalaksanaan
a.       Medikamentosa untuk peningkatan survival pada pasien.
Non medikamentosa dilakukan untuk upaya pencegahan dengan pendidika/konseling dan skrining darah donor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar